MY SWEET RIVAL
Saat ini aku tersenyum senyum
sendiri. Melihat senyum manisnya, lesung di kedua pipinya, memang rambutnya tak
lurus seperti yang kuinginkan, namun rambut ikalnya yang membuatnya terlihat
lebih keren dari rambut lurus serasa sempurna di mataku. Namun, jika aku
teringat akan curhatan sahabatku satu-satunya, Syinta aku jadi ragu untuk
mencintainya. Orang yang pada awalnya aku tak suka namun di sukai Syinta
berbalik arah. Kini, akupun juga menyukainya. Tuhan….. mengapa aku suka
padanya, orang yang disukai sahabatku. Dia, namanya Sahrul Aryad Bimasakti.
Sakti, begitulah teman-teman memanggil namanya. Namanya yang menjadi nama salah
satu galaksi dimana bumi ini melayang. Cowok yang aku sukai begitu juga
sahabatku. Paras rupawan bak putra kerajaan. Membuatku yang awalnya tak
mengerti indahnya bahasa menjadi seorang puitis. Ku ingat saat itu aku tengah
duduk santai bersama Syinta. Di tengah gemulainya angin – angin berlalu, aku
dan Syinta terhanyut dalam sebuah curhatan kisah Cinta.
“Sha… aku pengen curhat tentang
orang yang aku suka niih…”. Ucap Syinta.
“Curhat?? Cinta? Tumben banget
kamu.. ya udahlah cerita aja..”. Balasku dengan sedikit terkejut namun tetap
santai.
“Tapi aku malu niih.,..”. ucapnya
sembari tersenyum dengan manisnya.
“Udahlah… curhat aja, aku juga
sering,kan curhat sama kamu”
“Gini… sebenarnya aku itu suka
sama…. Sakti…”
“He..? Sakti yang mana?”
“Itu tuh… Bimasakti… temen sekelasmu
itu lho… tau kan?”.
“Oh…… Sakti itu tooh…”
“Iiya… udah tau kan?”
“Iya… iya… ntar… aku jomblangin
deeh…”
“Beneran? Makasiih yaa….”
Bel sudah berbunyi, saatnya masuk
kelas. Aku berpikir cara apakah yang akan aku gunakan untuk jomblangin Syinta
dengan Sakti. Aku duduk tepat di samping Sakti, namun tak sebangku. Kumerenung,
memikirkan topik yang tadi ku pikirkan. Sesaat setelah itu, guru fisika yang
lumayan killer, masuk ke kelasku. Lama tak lama… ahh! Ternyata benar, tugas
kelompok lagi…! Selalu saja pak Nardi memberikan tugas kelompok, mungkin tiap
bulan ada…tapi, tugas kelompok kali ini berbeda. Aku satu kelompok dengan Sakti,
itu merupakan satu langkahku mendekatkan Bima dengan Syinta.
Ohh ya… hampir lupa, namaku Faeeza
Ghada Afiqah Ghaisani. Ya… teman-temanku biasa memanggilku Shani Orang tuaku memang orang terpandang. Namun,
aku tak ingin hanya karena itu aku dianggap sombong. Aku selalu berusaha untuk
bersikap biasa. Bahkan aku ingin berteman dengan siapapun. Kembali ke Topik…..!
Sejak tugas kelompok itu, lambat laun
aku mulai akrab dengan Sakti. Dan juga membantuku untuk mendekatkannya dengan
Syinta. Sakti memang pandai, dan kurasa dia hampir menyaingiku. Tiap ulangan,
aku selalu bertanding untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi darinya. Kadang
aku menang, kadang kalah. Ya… it’s ok. “Ehh! Aku gak bakal kalah ya… tunggu aja
balasannya” ucap Sakti, di saat nilai ulanganku jauh lebih tinggi darinya. Aku
hanya membalasnya dengan senyuman, just smile *tink!. Hingga suatu hari
lagi-lagi nilai ulanganku lebih tinggi dari Sakti, ya… karena tiap nilaiku
lebih tinggi darinya dia selalu mengatakan kata-kata itu, kini aku yang
bercakap terlebih dahulu,
“Gimana?
Nyerah?” tanyaku dengan senyuman.
“Ya
nggaklah… liat aja ntar… pasti deh!” balasnya.
“It’s
OK mameeen”.
“All
right!”
“So?”
“You
and me are rival, now!”
“Ok,
fine”.
Dengan
kesepakatan itu, aku dan Sakti adalah rival alias saingan. Kurasa satu langkah
lagi supaya akrab. Dan.. ya , memang benar, aku mulai akrab dengannya. Sesekali
aku bercerita tentang Syinta padanya. Dan … kurasa perjuanganku membuahkan
hasil jua. Saat itu aku sedang berbincang-bincang kecil dengan Sakti, dan mungkin hanya keisengannya atau mungkin dia juga serius dia bertanya tentang Syinta.
“Ehh, Sha.....Syinta
itu udah punya pacar belom?”Tanya Sakti.
“belom,
kenapa? Mau daftar ya?”balasku dan tetap dengan senyuman.
“hehee….
Iyaa nih… tapi mau PDKT aja dulu”.
“Ok,
nih aku kasih nope-nya deh”
Sesaat
hatiku senang. Namun kurasa ada hal mengganjal sejak itu, jika Syinta bercerita
saat Sakti PDKT dengannya, hatiku sakit. Mungkinkah ini? Ahh… semoga saja
tidak! Dia itu rival. Makin hari, hati ini makin sesak jika Syinta curhat
tentangnya. Saat dia gombal, saat dia tersenyum pada Syinta…. Dan kurasa aku
mulai menyadari bahwa aku … CINTA padanya, Sakti. Hingga saat ini, aku
melihatnya di sampingku.
“Gimana
hubungannya dengan Syinta nih?”pertanyaan yang kulontarkan padanya serasa ingin
tahu statusnya.
“Kaya’-nya
aku gak jadi daftar deh ke hatinya”
“Lho,
kok gitu sih?”
“Ya
gitu, aku nemu yang baru kaya’nya…”
“Siapa?”
“Ada deh… rival gak boleh tau”
“Ih… gituan ya”
Aku
sedikit senang, berharap masih ada ruang di hatinya untukku menaruh rasa ini,dan
juga aku berharap semoga gebetan barunya itu adalah diriku. Tapi aku tidak
ingin egois. Di satu sisi aku ingin memiliki Sakti, di sisi lain aku tak ingin
menghianati Syinta. Semakin lama, sepertinya Sakti semakin perhatian
terhadapku. Terkadang aku merasa keGR-an. Namun, sesuatu terjadi yang membuatku
dalam sekejap membencinya.
“Yes!
Menang ya… udah deh, kamu itu nyerah aja, gak ada apa-apanya”. Ucapnya di saat
nilainya lebih tinggi dariku.
“Ya,
aku akui aku kalah, tapi aku gak bakal nyerah!”.
“Ya,
it’s Ok mameen”
“Itu
kata-kataku yaa… jangan diambil”
“yayaya….uyee..”
“ehh..
gimana ? gak mau ngejar Syinta lagi”
“Gak
tau nih, tapi kaya’nya sih .. iya… abis dia itu gokil, seneng aku kalo bicara
ama dia, gak kaya’ kamu yang Cuma bisa niru gokilnya dia”
“Huh!”
balasku kesal disertai senyum kecutku.
“Ihh…
ngambeek??? Jangan ngambek dong…”
Aku
hanya bisa mangut-mangut saja, kesalpun juga
Kalimat
itu cukup membuat hatiku sakit. “ARRGHHHH!!! Aku benci benci benci!!!! Pokoknya
aku harus move on dari Sakti ! titik”. Hatiku terlanjur kecewa, kurasa tak ada
ruang untuk hati ini. Memang aku tak secantik Syinta, tak segokil Syinta, tak
sepintar Syinta, memang aku tak sesempurna Syinta. Tapi haruskah dia berkata
seperti itu?? “Pokoknya aku harus move on! Ehh!! Kamu Sahrul Aryad Bimasakti,
Rival aku! Yang sempet aku sukai, jangan lagi ya sok perhatian dari aku!.”.
Akupun jadi ngomel sendiri di depan cermin. Aku mencoba move on, tetapi rasanya
sulit sekali. Kurasa duduk di sampingnya semakin mudah memandangnya. Ya tuhan…
mengapa semua begini? Bahkan wajahnya yang tiba-tiba muncul di hadapanku
membuatku sangat mudah memandangnya. Seseorang yang gombal, romantic, namun
juga humoris. “Ahh tidak! Dia rival…” bentakku dalam hati.
“Shani…”
suara memanggil namaku, itu Sakti yang kemudian duduk di sampingku dan
mengucapkan kata-kata gombal.
Aku
hanya membalas dengan senyum kecut, dan tampang kusut.
“Masih
ngambek ya? Gak asyiik ahh… ntar gak cantik lagi lho….”
“Uhh!
Tauk! Wee…!” seraya menjulurkan lidahku.
“Ya
udah deeh… aku ngaku salah.. aku minta maaf yaa… sesame rival harus sportif,
gak boleh tengkar, betul kan” seraya menjulurkan tangannya tanda meminta
maaf disertai senyum dan lesung di
pipinya.
Aku
tak sanggup, dia… selalu membuatku terpesona… karismanya? Aduuh! Kenapa
kamu hadir di hidup aku sih! Akupun
hanya membalas dengan senyuman dan menerima
permintaan maafnya.
“Gitu
dong, kan unyu-unyu jadinya”
“apaan
sih.. gombal”
Dan itulah yang membuatku semakin menyukainya.
“Sakti..??? Kamu pilih siapa sih? Aku atau Syinta?” dalam hatiku. Ahh! Dasar!!
My sweet rival! Sahrul Aryad Bimasakti!!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar